Verihubs Logo
Home Blog Liveness Detection: Lindungi Digital Onboarding dari Serangan Spoofing
Published on October 15, 2025

Liveness Detection: Lindungi Digital Onboarding dari Serangan Spoofing

Liveness Detection: Lindungi Digital Onboarding dari Serangan Spoofing

Di era onboarding digital yang serba cepat, verifikasi identitas menjadi fondasi utama kepercayaan antara perusahaan dan pengguna.

Namun, meningkatnya spoofing attack dan identity theft kini menantang keandalan sistem verifikasi berbasis wajah. Foto, video, atau bahkan topeng silikon kini dapat dengan mudah menipu teknologi yang tidak memiliki deteksi keaslian wajah (liveness).

Inilah alasan mengapa Liveness Detection bukan lagi sekadar fitur tambahan, melainkan lapisan keamanan utama untuk memastikan bahwa yang diverifikasi benar-benar manusia hidup bukan representasi palsu.

Ancaman Spoofing dan Identity Theft: Mengapa Verifikasi Saja Tidak Cukup?

Dalam beberapa tahun terakhir, spoofing attack meningkat tajam di berbagai sektor digital terutama di fintech, bank digital, dan crypto exchange. Pelaku kejahatan kini menggunakan AI generatif untuk membuat wajah palsu yang menyerupai orang sungguhan.

Menurut laporan The Register, serangan berbasis wajah meningkat hingga 300% secara global, seiring meningkatnya adopsi verifikasi biometrik di proses onboarding.

Bagi compliance dan cybersecurity lead, ini menimbulkan dilema: sistem verifikasi wajah berbasis selfie tidak lagi cukup. Foto atau video yang terlihat asli bisa dengan mudah menipu algoritma lama. 

Ketika penjahat berhasil melewati lapisan verifikasi ini, mereka dapat membuka akun, mencuri dana, atau menyalahgunakan identitas pengguna sah tanpa terdeteksi.

Inilah pain point utama yang dihadapi banyak perusahaan digital bagaimana menjaga proses onboarding tetap cepat, tetapi juga benar-benar aman dari identitas palsu.

Mengenal Jenis-Jenis Serangan Spoofing yang Wajib Dicegah

Adapun beberapa jenis serangan spoofing yang wajib dicegah, yakni sebagai berikut.

1. Photo Attack

Jenis spoofing ini menggunakan foto wajah korban, baik dalam bentuk cetak maupun digital, untuk menipu sistem. Penipu hanya perlu menampilkan gambar di depan kamera, dan sistem tanpa Liveness Detection sering gagal membedakannya dari wajah asli.

Meskipun terlihat sederhana, photo attack tetap menjadi ancaman besar bagi platform dengan sistem verifikasi tradisional. Foto berkualitas tinggi dapat dengan mudah melewati algoritma yang tidak menganalisis tanda-tanda kehidupan (liveness cues).

2. Video Replay Attack

Lebih canggih dari photo attack, video replay attack menggunakan rekaman video seseorang yang sedang berkedip atau berbicara. Sistem verifikasi yang tidak mendeteksi interaksi langsung menganggapnya sebagai wajah hidup.

Kasus ini sering ditemukan dalam proses e-KYC, di mana penipu menggunakan video hasil curian untuk melakukan verifikasi ulang atas nama orang lain. Hasilnya: identitas digital yang tampak sah, padahal palsu.

3. Mask Attack

Ini adalah bentuk spoofing paling berbahaya menggunakan topeng silikon atau model 3D wajah seseorang. Dengan teknologi cetak 3D dan deepfake real-time, penipu dapat meniru ekspresi dan tekstur kulit target dengan sangat akurat.

Serangan seperti ini dikenal sebagai Level 3 Attack, dan hanya bisa ditangkal oleh sistem Liveness Detection yang memiliki AI-based anti-spoofing engine.

Kelemahan Metode Keamanan Lain Melawan Spoofing Biometrik

Banyak perusahaan masih mengandalkan OTP, CAPTCHA, atau pertanyaan keamanan tambahan untuk menekan risiko penipuan. Namun, lapisan-lapisan ini tidak dirancang untuk melawan serangan berbasis wajah.

OTP mudah dicuri lewat phishing, CAPTCHA hanya mengenal bot, bukan wajah palsu, dan verifikasi selfie tanpa liveness hanya memperkuat rasa aman semu.

Serangan spoofing bekerja dengan cara meniru kehadiran manusia, bukan menebak sandi. Karena itu, satu-satunya solusi yang efektif adalah sistem yang mampu mendeteksi tanda-tanda kehidupan secara real-time inilah fungsi utama Liveness Detection.

Teknologi Liveness Detection: Pertarungan AI untuk Identitas Asli

Secara sederhana, Liveness Detection adalah teknologi berbasis AI dan Computer Vision yang digunakan untuk membedakan wajah manusia hidup dari representasi palsu seperti gambar, video, atau topeng.

Sistem ini tidak hanya mengenali bentuk wajah, tetapi juga menganalisis sinyal biologis mikro seperti pergerakan pupil, pantulan cahaya pada kulit, dan ekspresi alami yang tidak bisa direplikasi oleh media statis.

Proses ini berjalan dalam hitungan milidetik. Ketika pengguna melakukan selfie, algoritma AI langsung mendeteksi pola refleksi dan perbedaan tekstur yang hanya dimiliki wajah manusia hidup. 

Inilah yang membuat sistem mampu membedakan “real face” vs “spoofed face” dengan akurasi sangat tinggi.

Liveness Detection yang Efisien: Menjaga Keamanan Tanpa Mengorbankan User Experience (UX)

Dalam industri fintech dan digital banking, user experience adalah segalanya. Proses keamanan yang terlalu rumit dapat menurunkan conversion rate hingga 40%.

Karena itu, solusi Liveness Detection modern seperti milik Verihubs dirancang secara pasif tanpa instruksi tambahan seperti “tolong berkedip” atau “gerakkan kepala ke kanan.”

Dengan pendekatan passive liveness detection, pengguna cukup melakukan selfie biasa, sementara sistem di backend memverifikasi keaslian wajah secara otomatis.

Hasilnya: proses onboarding tetap mulus, cepat, dan tanpa gesekan (frictionless) tanpa mengurangi tingkat keamanan. Bagi Product Owner dan Compliance Manager, ini berarti UX yang terjaga dan risiko fraud yang ditekan.

Mengapa Sertifikasi Anti-Spoofing (PAD) Itu Penting?

Sertifikasi Presentation Attack Detection (PAD) adalah standar internasional yang menilai kemampuan sistem biometrik melawan serangan spoofing tingkat lanjut.

Sistem yang telah tersertifikasi PAD telah diuji terhadap Level 1–3 attacks, termasuk penggunaan foto, video, dan topeng silikon.

Bagi perusahaan, memilih vendor dengan sertifikasi PAD membuktikan bahwa solusi yang digunakan benar-benar tahan terhadap serangan nyata, bukan hanya klaim teknis.

Sertifikasi ini juga penting untuk kepatuhan terhadap regulasi KYC dan AML, serta menjadi bukti bagi regulator bahwa sistem verifikasi Anda aman dan terpercaya.

Studi Kasus Liveness Detection di Era Digital

Berikut ada beberapa contoh penggunaan Liveness Detection di era digital seperti sekarang.

1. Fintech & Bank Digital

Liveness Detection memungkinkan bank memastikan bahwa nasabah yang membuka akun adalah manusia asli. Dengan begitu, proses digital onboarding tetap cepat, namun sesuai regulasi KYC/AML.

2. Crypto Exchange

Industri kripto sangat rawan penyalahgunaan identitas. Liveness Detection mencegah akun palsu yang digunakan untuk aktivitas money laundering atau scam trading.

3. Online Exam & Proctoring

Dalam sektor pendidikan digital, teknologi ini memastikan peserta ujian tidak bisa digantikan oleh orang lain. AI mendeteksi wajah peserta secara real-time sepanjang ujian berlangsung.

4. e-Commerce dan Marketplace

Platform dapat menggunakan Liveness Detection untuk memastikan penjual dan pembeli adalah identitas asli, mencegah penipuan akun atau klaim refund palsu.

Benefit Utama: Compliance dan Pengurangan Risiko Fraud

Dari sisi kepatuhan, Liveness Detection membantu perusahaan memenuhi regulasi KYC (Know Your Customer) dan AML (Anti-Money Laundering) dengan bukti otentik bahwa identitas pengguna diverifikasi secara langsung.

Teknologi ini juga memperkuat kepercayaan pelanggan dan meminimalkan potensi pelanggaran hukum akibat identitas palsu.

Dari sisi keamanan dan bisnis, sistem ini mengurangi risiko kerugian akibat fraud biometrik, memperkuat citra perusahaan, dan meningkatkan trust pelanggan. Dalam ekosistem digital yang kompetitif, kepercayaan adalah aset paling berharga.

Contoh Kasus Spoofing yang Berhasil Dicegah 

Salah satu mitra fintech Verihubs di Indonesia pernah menghadapi lonjakan penipuan onboarding, di mana ratusan akun palsu berhasil melewati proses verifikasi selfie biasa.

Setelah mengimplementasikan Verihubs Liveness Detection, tingkat fraud onboarding menurun signifikan.

AI Verihubs mendeteksi ratusan upaya video replay dan topeng silikon yang sebelumnya lolos dari sistem lama. Selain menekan fraud, perusahaan juga melaporkan peningkatan approval rate onboarding sah, karena sistem lebih cepat dan presisi.

Keberhasilan ini menunjukkan bagaimana teknologi Liveness Detection yang dioptimalkan untuk kondisi jaringan lokal dapat memberikan dampak nyata dalam menekan risiko finansial dan reputasi perusahaan.

Verihubs: Solusi Liveness Detection Terpercaya untuk Onboarding Digital Anda

Keamanan tanpa kecepatan bukan solusi, dan kecepatan tanpa keaslian bukan perlindungan.

Verihubs Liveness Detection dirancang untuk menghadirkan keduanya keamanan biometrik real-time yang mendeteksi wajah asli, bukan gambar, video, atau topeng.

Dengan AI berbasis Computer Vision dan sertifikasi PAD, Verihubs memastikan setiap proses verifikasi wajah berlangsung akurasi tinggi, ringan di perangkat, dan optimal untuk kondisi jaringan Indonesia.

Solusi ini dapat diintegrasikan dengan mudah ke berbagai aplikasi onboarding, dari fintech hingga e-commerce, menjaga proses tetap aman tanpa mengorbankan UX.

Konsultasikan kebutuhan keamanan biometrik Anda hari ini dan cegah penipuan dengan memverifikasi wajah asli secara real-time bersama Liveness Detection dari Verihubs.

Client Verihubs
Cari tahu seberapa akurat teknologi Liveness Detection Verihubs
Coba GRATIS Sekarang