Deepfake di Indonesia: Prabowo dan Jokowi jadi Korbannya

Pesatnya perkembangan teknologi bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi, inovasi digital mempermudah berbagai aspek kehidupan, mulai dari komunikasi hingga otomatisasi pekerjaan. Namun, di sisi lain, kemajuan ini juga menghadirkan tantangan baru, termasuk kejahatan siber yang semakin sulit diberantas. Salah satu bentuk ancaman yang kini menjadi sorotan adalah deepfake—teknologi yang dapat memanipulasi berbagai jenis media berbasis kecerdasan buatan atau yang biasa disebut artificial intelligence. Teknologi deepfake telah berkembang pesat dan kini mulai merambah Indonesia, bahkan menyeret beberapa nama besar ke dalam pusarannya. Deepfake memiliki kemampuan untuk meniru wajah, suara, dan gerakan seseorang secara hampir sempurna. Teknologi ini tidak hanya mengancam privasi individu tetapi juga berpotensi digunakan untuk penyebaran misinformasi, penipuan, hingga pencemaran nama baik.
Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang kasus-kasus deepfake baru terjadi di Indonesia. Bahkan deepfake dapat menyeret nama-nama yang cukup besar di Indonesia sehingga menyebabkan banyak kerugian bagi masyarakat Indonesia.
Mari Mengenal Deepfake Lebih Dalam
Deepfake adalah gambar atau video hiper-realistis yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI). Teknologi ini dapat meniru ekspresi wajah, gerakan, suara, dan pola bicara seseorang dengan sangat akurat. Maka dari itu hasilnya tampak autentik dan sulit dibedakan dari yang asli. Deepfake memanfaatkan AI berbasis deep learning atau pembelajaran mendalam, yang bekerja dengan menganalisis dan memproses data dalam jumlah besar untuk menciptakan manipulasi visual atau audio yang tampak nyata, meskipun sebenarnya palsu.
Kasus Deepfake di Indonesia
Kasus Deepfake Presiden Prabowo Subianto
Pada Januari 2025, terjadi sebuah kasus penipuan berbasis deepfake Indonesia, yang menyebabkan kerugian hingga puluhan juta rupiah. Modus operandi kejahatan ini berupa video manipulatif yang menampilkan Presiden Prabowo Subianto seolah-olah sedang mengumumkan program bantuan finansial dari pemerintah.
“Assalamualaikum masyarakat Indonesia, sebagai Presiden Indonesia, saya ingin berbagi kepada masyarakat yang sedang membutuhkan. Ini resmi dari saya pribadi, saya akan kirim masing-masing keluarga Rp 50 juta, wajib jujur untuk apa ya,” demikian suara yang terdengar dalam video tersebut. Kenyataannya, Prabowo tidak pernah membuat pernyataan seperti itu.
Pelaku berinisial AMA, mencantumkan nomor telepon dalam video tersebut dan meminta para korban untuk mentransfer sejumlah uang sebagai biaya administrasi awal. Jumlah yang diminta bervariasi, mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 1 juta. Setelah menerima pembayaran, pelaku menghilang tanpa memberikan bantuan apa pun.
Setelah dilakukan penyelidikan, AMA berhasil ditangkap di rumahnya di Lampung Tengah, Provinsi Lampung, pada 16 Januari 2025. Ia dijerat dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) serta Pasal 51 Ayat 1 junto Pasal 35 UU Nomor 1 Tahun 2024. Undang-undang yang merupakan revisi dari UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE. Jika terbukti bersalah, AMA terancam hukuman penjara maksimal 12 tahun dan denda hingga Rp 12 miliar.
Kasus Mantan Presiden Indonesia Joko Widodo
Pada tahun 2023, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan beredarnya sebuah video yang menampilkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpidato dengan lancar dalam bahasa Mandarin. Video ini dengan cepat menyebar di berbagai platform media sosial, memicu kebingungan dan spekulasi di kalangan publik.

Karena semakin maraknya penyebaran video tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) segera turun tangan dan mengonfirmasi bahwa video tersebut merupakan hasil manipulasi deepfake. Meskipun telah diklarifikasi, dampaknya tidak bisa dianggap remeh. Banyak orang, termasuk mereka yang cukup paham teknologi digital, sempat terkecoh dan mempercayai keaslian video tersebut.
Yang membuat kasus ini semakin berbahaya adalah konteks politik saat itu—Indonesia tengah memasuki masa kampanye Pemilu 2024. Video deepfake semacam ini berpotensi memengaruhi opini publik, menimbulkan polarisasi, dan menyebarkan disinformasi di tengah iklim politik yang sudah sensitif. Kejadian ini menjadi bukti nyata bagaimana teknologi deepfake dapat digunakan untuk memanipulasi persepsi masyarakat dan menimbulkan dampak besar dalam proses demokrasi.
Cegah Deepfake dengan Teknologi Deepfake Detection
Mulailah menjelajahi berbagai solusi untuk melindungi bisnis Anda dari ancaman deepfake. Mengambil langkah pencegahan sejak dini dapat membantu menghindari risiko penipuan deepfake yang berpotensi merugikan, termasuk kerugian hingga ratusan juta. Verihubs siap mendukung Anda dengan menawarkan konsultasi gratis untuk menemukan solusi yang tepat.
Klik di sini untuk memesan konsultasi dan demo gratis hari ini, dan amankan bisnis Anda dari ancaman deepfake.
source photo: Kompas.com, ums.ac.id