Dunia industri adalah sebuah ekosistem yang penuh dengan kesempatan untuk dimanfaatkan, demi mencapai keuntungan. Namun bersamaan dengan itu, ada pula risiko yang jumlahnya tidak sedikit. Maka dari itu selain menganalisis kemungkinan yang dapat dimanfaatkan untuk keuntungan, perusahaan juga wajib memiliki risk assessment yang tepat untuk mempersiapkan diri pada risiko yang ada.
Dalam praktek pengelolaan bisnis, sebenarnya risk assessment merupakan prosedur yang wajar dilakukan. Demi bisa melindungi aset yang dimiliki, potensi yang dapat dimanfaatkan, dan berbagai hal lain, identifikasi potensi dan risiko hal-hal yang membahayakan wajib dilakukan dengan sangat cermat.
Baca Juga: 5 Fungsi Machine Learning dalam Verifikasi Data Biometrik
Tapi Apa Itu Risk Assessment?
Istilah ini dapat dipahami sebagai sebuah proses untuk mengidentifikasi, memetakan, dan memperkirakan potensi bahaya yang akan dihadapi bisnis, dan apa yang akan terjadi jika potensi tersebut benar-benar terjadi.
Persiapan skenario yang strategis dalam menghadapi berbagai kemungkinan ini yang penting untuk perusahaan, di setiap skala bisnis, untuk dipersiapkan dengan baik. Tujuannya sederhana, agar ketika terdapat hal yang merugikan bagi perusahaan, setiap staf memahami apa yang harus dilakukan sehingga masalah ini tidak meluas dan membawa dampak buruk yang berkelanjutan.
Penerapan risk assessment secara fisik akan meliputi rute evakuasi, titik kumpul, penanganan pertama pada cedera, dan lain sebagainya.
Namun bagaimana dengan konteks digital?
Maka assessment yang diterapkan akan berfokus pada langkah yang dilakukan perusahaan agar bencana digital tidak menjadi masalah katastropik yang dapat menghancurkan bisnis secara menyeluruh, dan menjaga agar masalah tetap dalam skala yang bisa diatasi.
Memahami Fungsi dari Proses Strategis Ini
Fungsi dari proses ini sendiri sudah dijelaskan dalam bagian definisinya tadi. Utamnya, risk assessment berfungsi untuk mengidentifikasi risiko potensial, baik yang asalnya dari sisi internal perusahaan atau dari sisi eksternal dari perusahaan.
Disamping itu, fungsi lain adalah untuk menilai sejauh mana dampak yang akan ditimbulkan oleh risiko-risiko tersebut dapat mengganggu jalannya proses bisnis atau tujuan organisasi, serta dampaknya pada kredibilitas dan citra perusahaan.
Idealnya dengan perencanaan dan analisis risiko yang baik, maka setiap permasalahan dapat diantisipasi dengan baik pula. Hasilnya, ketika masalah muncul penanganan dapat dilakukan dengan cepat, efektif, dan terukur, sehingga tidak meluas dan mengganggu proses bisnis lain atau aspek di dalam perusahaan.
Penerapan Risk Assessment dalam Industri Layanan Digital
Ada beberapa hal yang dapat mendukung penerapan risk assessment dalam layanan digital yang Anda miliki. Beberapa cara penerapannya agar efektif adalah sebagai berikut.
1. Risk Assessment secara Otomatis
Apa artinya?
Bahwa risk assessment yang dilakukan dalam perusahaan layanan digital harus dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan penilaian indikasi awal yang muncul. Dengan mengenali indikasi adanya risiko ini,
Misalnya saja melihat pada jadwal maintenance sistem dan patching perangkat lunak. Ketika dinilai melebihi ambang batas yang telah ditetapkan, maka dapat terbaca sebagai sebuah risiko di bagian operasional. Langkah cepat dapat mencegah indikasi ini berlanjut ke masalah yang sebenarnya.
2. Prioritas pada Risiko
Mengacu pada analisis risiko yang kemungkinan muncul, maka perusahaan wajib menyiapkan skenario penanganan yang akan dilakukan. Dengan fokus pada hal ini, perusahaan dapat dengan mudah menghadapi potensi masalah yang muncul di kemudian hari.
Petakan solusi yang akan digunakan dalam menghadapi berbagai kemungkinan, dan dapatkan penanganan cepat dan akurat pada setiap risiko yang muncul.
3. Pelaporan Real-Time
Perusahaan dan layanan yang Anda kelola wajib terhubung dan terintegrasi dengan update data real-time. Dengan demikian apapun perubahan yang menjadi indikasi adanya masalah dapat segera dideteksi.
Integrasi data yang dimaksud akan mencakup pada notifikasi awal dari sistem, credit risk reports, dan risk-specific data points.
4. Integrasi 3LoD
Istilah 3Lod sendiri mengacu pada pengendalian operasional (1LoD), risk management and compliance (2LoD), dan risk assurance (3LoD). Ketiga jalur ini idealnya beroperasi secara terintegrasi, sehingga tidak ada pengulangan proses kerja atau kesalahpahaman antar jalur operasional.
Dengan integrasi tiga lini utama ini, maka akses ke data serupa dapat dilakukan. Matriks yang ada bisa dievaluasi secara berkesinambungan, dan meningkatkan efisiensi penilaian sistem pada risiko yang muncul.
5. Dapat Digunakan oleh Setiap User
Langkah yang ada pada mitigasi risiko akan lebih baik jika dapat dilakukan oleh setiap pihak yang terkait dengan sistem. Tidak kemudian secara spesifik setiap user memiliki peran, namun setidaknya setiap bagian memiliki tugas masing-masing yang dapat dilaksanakan untuk membantu pencegahan pelebaran masalah.
Baca Juga: Face Morphing Attack pada Proses Verifikasi Biometrik Wajah
Membaca sekilas mengenai risk assessment dalam industri digital di atas jelas Anda perlu menerapkan hal ini dengan baik. Salah satu upaya untuk mengurangi risiko dan potensi masalah di kemudian hari, adalah dengan melakukan verifikasi pada setiap user yang mengakses data dari perusahaan Anda, baik secara internal maupun eksternal.
Untuk urusan tersebut, Verihubs menyediakan berbagai produk verifikasi yang handal dan bersistem solid untuk diaplikasikan di setiap jenis bisnis.
Verihubs, partner Verifikasi untuk Bisnis Anda
Verihubs sendiri menyediakan ragam produk verifikasi yang dapat digunakan dan diintegrasikan dengan sistem perusahaan Anda. Dalam konteks risk assessment, produk dari Verihubs akan mengambil posisi sebagai gate keeper akses untuk setiap user. Dengan pembagian akses yang tersistem, akan dapat dikenali secara dini jika terdapat user yang mencoba mengakses data-data sensitif, yang tidak menjadi ranah kerja yang mereka miliki. Segera hubungi Verihubs untuk informasi leibh lanjut terkait setiap produknya, dan maksimalkan semua fiturnya sekarang juga!