Pencurian Identitas: Risiko dan Pencegahan Biometrik

June 21, 2024
Pencurian Identitas: Risiko dan Pencegahan Biometrik

Berbagai studi kasus kebocoran data menunjukkan pentingnya mengantisipasi terjadinya pencurian identitas, terutama di era digital. Pasalnya, kejahatan ini melibatkan penggunaan informasi pribadi atau keuangan oleh pihak yang tidak berwenang, untuk melakukan penipuan, transaksi, atau pembelian yang tidak sah. 

Seiring dengan semakin meningkatnya volume data pribadi yang tersimpan secara digital, maka risiko kebocoran dan pencurian informasi pribadi pun semakin besar. Melalui ulasan berikut ini, mari simak jenis-jenis pencurian data, hingga cara terbaik untuk mencegahnya!

Apa Itu Pencurian Identitas?

Identity theft atau mencuri identitas adalah tindakan yang melibatkan penggunaan informasi pribadi seseorang tanpa izin, untuk melakukan penipuan atau tindak kejahatan lainnya. 

Pencuri ini biasanya mencuri informasi penting, seperti nama, alamat, nomor kartu kredit, atau informasi keuangan lainnya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan finansial, mengancam, hingga menutupi aktivitas ilegal.

Sayangnya, seiring dengan digitalisasi, kasus pencurian informasi semakin marak terjadi. Bahkan, studi kasus kebocoran data mencatat 26 miliar kejahatan siber, yang berasal dari media sosial, bank, layanan internet, hingga e-commerce.

Metode Pencurian Data Pribadi dan Risikonya

Kasus pencurian data bisa terjadi melalui berbagai cara. Adapun, berikut adalah beberapa metode yang paling umum dilakukan oleh pencuri. 

1. Phishing

Tahukah Anda, bahwa Indonesia mencatat hampir 6 juta ancaman kejahatan siber di paruh pertama tahun 2024? Dari studi kasus kebocoran data ini, phising menjadi salah satu metode yang paling sering digunakan.

Phising adalah teknik yang melibatkan penggunaan email atau pesan teks yang tampak sah untuk mengelabui individu, agar memberikan informasi pribadi mereka. Pesan ini sering kali menyamar sebagai komunikasi dari lembaga keuangan, perusahaan besar, atau bahkan kontak pribadi. 

Jenis kejahatan ini cukup efektif, karena menggunakan rasa urgensi untuk memancing respons cepat.

2. Skimming

Metode identity fraud berikutnya adalah skimming. Di dalam metode ini, pencuri akan menggunakan alat khusus untuk mencuri informasi dari kartu kredit atau debit, saat kartu tersebut digunakan di ATM atau mesin pembayaran. 

Caranya adalah dengan menempatkan skimmer pada pembaca kartu yang sah, kemudian mengumpulkan data kartu untuk membuat duplikatnya. Kejahatan ini bertujuan untuk menguras isi kartu ATM dan mengakibatkan kerugian finansial.

3. Malware

Studi kasus kebocoran data juga menunjukkan bahwa malware adalah salah satu ancaman siber terbesar. Metode ini menempatkan program berbahaya yang diinstal pada perangkat milik korban. 

Biasanya, malware akan mencuri informasi pribadi dengan merekam keystroke, mengambil screenshot, atau menyalin file dari komputer korban.

4. Breaches

Kebocoran data besar-besaran juga sering terjadi pada perusahaan yang menyimpan informasi pribadi pelanggan. Pasalnya, hacker akan menargetkan sistem untuk mencuri data dalam jumlah besar.

Salah satu contoh terkenal adalah kebocoran data perusahaan Equifax di AS pada tahun 2017, yang mengakibatkan lebih dari 143 juta data pribadi pelanggannya terekspos.

Selain itu, belakangan ini juga marak terjadi kasus pencurian data pengguna pinjaman online. Biasanya, pelaku akan menawarkan pinjaman dengan cara yang mudah dan proses yang cepat. Korban pun hanya perlu mengunggah foto dan KTP sebagai syarat.

Namun, tak jarang penyedia pinjaman online ilegal akan menyalahgunakan informasi tersebut untuk melakukan kejahatan. Pasalnya, studi kasus pencurian data menunjukkan bahwa ada lebih dari 3000 pinjol ilegal yang ditutup oleh Satgas Waspada Investasi.

5. Carding

Metode identity theft berikutnya adalah carding, yaitu praktik mencuri menggunakan informasi kartu kredit secara ilegal, untuk melakukan transaksi. Di dalam prosesnya, biasanya pelaku akan meretas database perusahaan yang menyimpan kartu kredit pelanggan.

Setelah itu, data tersebut akan digunakan untuk melakukan pembelian online atau transaksi lainnya. Umumnya, transaksi ini akan terjadi secara cepat untuk menghindari deteksi, sebelum kartu terblokir.

6. Social Engineering

Studi kasus pencurian data juga menunjukkan bahwa social engineering menjadi salah satu metode theft yang sering terjadi. Social engineering adalah teknik manipulasi psikologis untuk mendapatkan informasi rahasia.

Biasanya, metode ini tidak memerlukan keterampilan teknis, tetapi sangat bergantung pada kemampuan pelaku untuk memanipulasi. Contohnya adalah memanfaatkan empati korban.

Contoh Kasus Pencurian Data Pribadi di Indonesia

Studi kasus kebocoran data mencatat adalah beberapa kasus pencurian informasi pribadi yang terjadi di Indonesia, yang melibatkan sejumlah perusahaan besar. Berikut adalah kasus-kasus tersebut.

  1. Kasus Bank Indonesia pada 2022, yang mengalami kebocoran data nasabah dan transaksi hingga 228 GB dari database BI.
  2. Kasus 21 ribu perusahaan di Indonesia, yang mengalami kebocoran data sebanyak 347 GB pada 2022. Data ini meliputi data KTP, NPWP komisaris dan direksi, hingga KK pemegang saham.
  3. Kasus SIM Card Indonesia 2022. Sebanyak 1,3 miliar data pelanggan SIM card bocor dan dijual di forum ilegal. Jumlah data mencapai 87 GB dan mencakup data NIK hingga nomor telepon.
  4. Kasus Pencurian data KPU pada 2022, yang berjumlah lebih dari 105 juta data penduduk, NIK, KK, alamat, hingga jenis kelamin.

Cara Mencegah Pencurian Identitas Menggunakan Teknologi Biometrik

mencegah pencurian identitas
Mencegah Pencurian Identitas dengan Teknologi Biometrik

Dari studi kasus kebocoran data, salah satu upaya terbaik untuk mencegah terjadinya masalah ini dalam memakai teknologi biometrik, yang menggunakan fitur unik dari masing-masing individu. Salah satu pilihan paling tepat adalah teknologi verifikasi biometrik face recognition dari Verihubs.

Teknologi ini memiliki tingkat akurasi hingga 99,9%, untuk memastikan bahwa hanya pengguna sah yang dapat mengakses informasi pribadi atau melakukan transaksi. Di dalam prosesnya, Verihubs menerapkan artificial intelligence untuk memberikan hasil yang akurat. 

Teknologi face recognition ini telah bersertifikat NIST FRTE 1:1 dan 1:N, serta mengantongi sertifikat ISO 27001 yang menjamin keamanannya. Selain itu, teknologi biometrik ini juga bersinergi dengan liveness detection dan dapat mendeteksi gambar berkualitas rendah, sehingga menambah akurasinya.

Dengan keunggulan-keunggulan ini, tak heran apabila teknologi biometrik face recognition dari Verihubs telah dipercaya oleh berbagai perusahaan besar. 

Sebut saja bank BCA, BCA Multifinance, Bank Jatim, Maybank, Rumah Sakit Mitra Keluarga, Agung Sedayu Group, Hiro Grup, Bukalapak, Erha Clinic, Hacktiv8, Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia, hingga Kominfo.

Baca Juga: Waspada! 5 Modus Penipuan Terbaru Salah Satunya dari WA!

Siap Gunakan Teknologi Biometrik untuk Cegah Pencurian Data?

Pencurian identitas adalah ancaman serius yang memerlukan langkah pencegahan yang tepat. Dengan memahami bagaimana metode pencurian data, seperti phising, skimming, hingga social engineering, Anda pun dapat lebih waspada dan mengambil tindakan untuk melindungi diri. 

Di dalam upaya melindungi diri dari kejahatan siber, salah satu upaya yang dapat Anda terapkan adalah menggunakan teknologi biometrik untuk verifikasi identitas. Teknologi biometric dari Verihubs menawarkan solusi yang terbaik untuk mencegah terjadinya identity fraud, sekaligus memastikan informasi pribadi Anda tetap aman dan terlindungi.Teknologi ini tidak hanya meningkatkan keamanan, tetapi juga memberikan kenyamanan bagi pengguna dengan proses verifikasi yang cepat dan akurat. Melalui integrasi AI yang canggih, teknologi biometric face recognition Verihubs menjadi solusi cerdas dalam menghadapi ancaman kejahatan siber.

SOURCE:

https://www.investopedia.com/terms/i/identitytheft.asp
https://www.getsafeonline.id/personal/artikel/mencegah-pencurian-identitas/
https://www.cloudeka.id/id/berita/web-sec/kasus-kebocoran-data/
https://paydia.id/memahami-jenis-jenis-cyber-crime-ancaman-digital-di-era-modern/
https://www.afpi.or.id/articles/detail/bahaya-kebocoran-data-diri-pribadi
https://www.megasyariah.co.id/id/artikel/edukasi-tips/digital-banking/pencurian-data
https://www.integrity-indonesia.com/id/blog/2018/02/01/143-juta-data-pribadi-terekspos-ini-pelajaran-penting-dari-kasus-kebocoran-data-paling-buruk/
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20240603103200-185-1105033/indonesia-digempur-6-juta-ancaman-siber-di-awal-2024-cek-modusnya
https://www.cloudeka.id/id/berita/web-sec/kasus-kebocoran-data/
https://csirt.bappenas.go.id/berita/detail/3c2730a2-1208-4c7f-9596-0b230e6be7f9